Sahabat Indonesia yang baik hatinya,
yang sedang bekerja dengan tulus untuk membongkar semua yang tadinya tidak mungkin, menjadi yang wajar kemungkinannya bagi kehebatan hidupnya.
Mudah-mudahan sapa saya di siang ini mendapati Anda dalam kesehatan yang prima dan kedamaian yang haru.
Berikut adalah Super Note mengenai keharusan kita untuk memperbarui kemampuan untuk memimpin kehidupan yang sejahtera, yang berbahagia, dan yang cemerlang; yang saya bagi menjadi dua bagian.
Please kindly enjoy, absorb, and apply.
...........
MARIO TEGUH SUPER NOTE
BATAS PANDANGAN ANDA
Bagian Pertama
...........
Sahabat saya yang impian-impiannya besar,
Jika Anda melihat sesuatu, mampukanlah diri Anda untuk melihat yang di baliknya, karena jika tidak – itulah yang akan menjadi batas pandangan Anda.
Saat Anda melihat gaji dan pendapatan Anda, mampukanlah diri Anda untuk melihat diri Anda yang dihargai lebih tinggi, di masa depan yang dekat.
Jika tidak,
Anda akan mulai berlaku tidak damai karena Anda melihat merangseknya biaya hidup yang pasti naik, menuju pendapatan yang kecil kemungkinannya untuk naik.
Saat Anda melihat pangkat dan kedudukan Anda, mampukanlah diri Anda untuk melihat diri sebagai pribadi yang berpangkat dan berkedudukan tinggi, di masa depan yang dekat.
Jika tidak,
Anda akan mulai berlaku tidak damai karena Anda melihat masa depan yang hanya diperintah dan disuruh oleh orang-orang yang belum tentu berkualitas – tetapi yang pangkat dan kedudukannya lebih tinggi daripada Anda.
………..
Apa itu?
Oh ya, saya dengar itu, … Anda bertanya kepada saya;
Habis, bagaimana dong?
Mana mungkin gaji dan pangkat bisa berubah begitu cepat?
Khan nggak mudah?
Bicaranya sih gampang, tapi khan prakteknya tidak semudah itu?
………..
Betul sekali, memang tidak mudah.
Bagi dia yang biasa melihat kemampuannya hari ini sebagai batas, dan tidak biasa menyegerakan membangun kemampuan berikutnya, akan melihat kemampuannya sekarang sebagai batasan bagi kemungkinannya.
Sehingga, apa pun yang membutuhkan kemampuan yang lebih besar daripada kemampuannya saat ini, akan dilihatnya sebagai tidak mungkin.
Dan yang membuatnya semakin tidak damai, adalah reaksi otomatisnya untuk membandingkan kelemahannya terhadap kekuatan orang lain, dan kekurangannya terhadap kelebihan orang lain.
Bukannya mengambil pelajaran dari kekuatan orang lain – untuk memperbaiki kelemahannya, dia memprotes Tuhan yang telah memudahkan kekuatan bagi orang lain, dan mempersulit dirinya.
Dan bukannya mengikhlaskan diri untuk meniru cara-cara yang menjadikan orang lain lebih mampu, dia mencurigai keberhasilan orang lain sebagai keberuntungan yang didapat dengan tidak jujur.
Dia kemudian menyimpulkan bahwa Tuhan telah menetapkan rezekinya, walaupun apa pun yang akan dilakukannya.
Dan dia betul lagi, meskipun tetap salah.
Jika kemampuan yang dirisaukannya sebagai batas, Tuhan memang mungkin menetapkan batas rezeki bagi tingkat keikhlasan dalam kemampuannya saat ini. Tetapi, sekecil-kecilnya kemampuan akan diijinkan oleh Tuhan sebagai jalur masuk bagi sebesar-besarnya rezeki kepada jiwa yang tinggi kualitas penyerahan dirinya kepada Tuhan.
Jika kita menyangka bahwa Tuhan membatasi, maka kita akan berperilaku seperti sudah dibatasi.
Jika kita ikhlas menyerahkan kepemimpinan hidup kepada Tuhan, maka siapakah yang hidupnya akan terbatasi jika dia dipimpin langsung oleh Tuhan?
Lalu apakah janji kemuliaan bagi orang yang menggunakan kemarahan atau kesedihan sebagai tenaga utama hidupnya?
Lalu apakah yang akan didapat oleh orang yang berharap dari yang selain Tuhan, dan menjadikan Tuhan seolah tidak berdaya di hadapan perhitungan-perhitungan karangan manusia yang tidak berpengetahuan tentang kekayaan langit?
Siapa pun yang tidak berpengetahuan tentang rezeki, akan berezeki baik jika dia menyerahkan kepemimpinan pikiran, hati, dan tindakannya kepada Tuhan Yang Maha Mulia.
Rezeki bukanlah hanya harta.
Rezeki adalah kemuliaan.
Rezeki adalah harta yang mulia.
Berapa banyakkah uang yang bisa kita terima, untuk hilangnya kesehatan?
Berapa banyakkah uang yang sesuai sebagai pengganti kehidupan yang hampa dari kasih sayang?
Berapa tinggikah kedudukan yang pantas dicapai, dengan mengecewakan penghormatan manusia dan Tuhan kepada kita?
Berapa besarkah pengaruh yang bisa kita beli dengan menjadikan diri ini pemimpin yang meng-orkestra-kan ketidak-jujuran?
...........
Maka,
Marilah kita menggunakan kekuatan yang selama ini mentenagai keluhan dan keraguan kita, sebagai tenaga untuk memberdayakan keimanan kita.
Tuhan memang menetapkan rezeki; tidak pada jumlahnya, tetapi pada caranya.
Ya, bukan jumlahnya yang dibatasi, tetapi jumlah pada setiap cara.
Upaya yang baik – bukan hanya menjanjikan rezeki, tetapi sudah menjadi rezeki. Karena, diijinkan berada dalam upaya baik adalah sudah rezeki.
Di dalam jalan-jalan yang membahagiakan Tuhan, membuncah rezeki bagi kita dari Tuhan Yang Maha Kaya dan Maha Pemurah.
Maka marilah kita berjalan di jalan-jalan kebaikan.
Marilah kita ikhlaskan diri untuk memperbaiki cara yang kita gunakan sebagai jalur mengalirnya rezeki dari langit.
Kita tidak mungkin mencapai kedamaian yang kita butuhkan untuk hidup sejahtera dan berbahagia, jika kita:
Berkeras kepala melakukan hal-hal yang sama dengan cara-cara yang sama, tetapi mengharapkan hasil yang berbeda.
Jika yang Anda harapkan itu baru, maka perbaruilah yang Anda lakukan, atau perbaruilah cara-cara Anda dalam melakukan yang selama ini Anda lakukan.
Sadarilah, bahwa ...
Keluhan kita mengenai terbatasnya rezeki, adalah pemberitahuan untuk memperbarui cara yang kita gunakan untuk mengunduh rezeki.
Selalu ingatlah, ... bukan jumlahnya, tetapi caranya.
Karena, ... caranya-lah yang menentukan jumlahnya.
...........
AKHIR DARI BAGIAN PERTAMA
yang sedang bekerja dengan tulus untuk membongkar semua yang tadinya tidak mungkin, menjadi yang wajar kemungkinannya bagi kehebatan hidupnya.
Mudah-mudahan sapa saya di siang ini mendapati Anda dalam kesehatan yang prima dan kedamaian yang haru.
Berikut adalah Super Note mengenai keharusan kita untuk memperbarui kemampuan untuk memimpin kehidupan yang sejahtera, yang berbahagia, dan yang cemerlang; yang saya bagi menjadi dua bagian.
Please kindly enjoy, absorb, and apply.
...........
MARIO TEGUH SUPER NOTE
BATAS PANDANGAN ANDA
Bagian Pertama
...........
Sahabat saya yang impian-impiannya besar,
Jika Anda melihat sesuatu, mampukanlah diri Anda untuk melihat yang di baliknya, karena jika tidak – itulah yang akan menjadi batas pandangan Anda.
Saat Anda melihat gaji dan pendapatan Anda, mampukanlah diri Anda untuk melihat diri Anda yang dihargai lebih tinggi, di masa depan yang dekat.
Jika tidak,
Anda akan mulai berlaku tidak damai karena Anda melihat merangseknya biaya hidup yang pasti naik, menuju pendapatan yang kecil kemungkinannya untuk naik.
Saat Anda melihat pangkat dan kedudukan Anda, mampukanlah diri Anda untuk melihat diri sebagai pribadi yang berpangkat dan berkedudukan tinggi, di masa depan yang dekat.
Jika tidak,
Anda akan mulai berlaku tidak damai karena Anda melihat masa depan yang hanya diperintah dan disuruh oleh orang-orang yang belum tentu berkualitas – tetapi yang pangkat dan kedudukannya lebih tinggi daripada Anda.
………..
Apa itu?
Oh ya, saya dengar itu, … Anda bertanya kepada saya;
Habis, bagaimana dong?
Mana mungkin gaji dan pangkat bisa berubah begitu cepat?
Khan nggak mudah?
Bicaranya sih gampang, tapi khan prakteknya tidak semudah itu?
………..
Betul sekali, memang tidak mudah.
Bagi dia yang biasa melihat kemampuannya hari ini sebagai batas, dan tidak biasa menyegerakan membangun kemampuan berikutnya, akan melihat kemampuannya sekarang sebagai batasan bagi kemungkinannya.
Sehingga, apa pun yang membutuhkan kemampuan yang lebih besar daripada kemampuannya saat ini, akan dilihatnya sebagai tidak mungkin.
Dan yang membuatnya semakin tidak damai, adalah reaksi otomatisnya untuk membandingkan kelemahannya terhadap kekuatan orang lain, dan kekurangannya terhadap kelebihan orang lain.
Bukannya mengambil pelajaran dari kekuatan orang lain – untuk memperbaiki kelemahannya, dia memprotes Tuhan yang telah memudahkan kekuatan bagi orang lain, dan mempersulit dirinya.
Dan bukannya mengikhlaskan diri untuk meniru cara-cara yang menjadikan orang lain lebih mampu, dia mencurigai keberhasilan orang lain sebagai keberuntungan yang didapat dengan tidak jujur.
Dia kemudian menyimpulkan bahwa Tuhan telah menetapkan rezekinya, walaupun apa pun yang akan dilakukannya.
Dan dia betul lagi, meskipun tetap salah.
Jika kemampuan yang dirisaukannya sebagai batas, Tuhan memang mungkin menetapkan batas rezeki bagi tingkat keikhlasan dalam kemampuannya saat ini. Tetapi, sekecil-kecilnya kemampuan akan diijinkan oleh Tuhan sebagai jalur masuk bagi sebesar-besarnya rezeki kepada jiwa yang tinggi kualitas penyerahan dirinya kepada Tuhan.
Jika kita menyangka bahwa Tuhan membatasi, maka kita akan berperilaku seperti sudah dibatasi.
Jika kita ikhlas menyerahkan kepemimpinan hidup kepada Tuhan, maka siapakah yang hidupnya akan terbatasi jika dia dipimpin langsung oleh Tuhan?
Lalu apakah janji kemuliaan bagi orang yang menggunakan kemarahan atau kesedihan sebagai tenaga utama hidupnya?
Lalu apakah yang akan didapat oleh orang yang berharap dari yang selain Tuhan, dan menjadikan Tuhan seolah tidak berdaya di hadapan perhitungan-perhitungan karangan manusia yang tidak berpengetahuan tentang kekayaan langit?
Siapa pun yang tidak berpengetahuan tentang rezeki, akan berezeki baik jika dia menyerahkan kepemimpinan pikiran, hati, dan tindakannya kepada Tuhan Yang Maha Mulia.
Rezeki bukanlah hanya harta.
Rezeki adalah kemuliaan.
Rezeki adalah harta yang mulia.
Berapa banyakkah uang yang bisa kita terima, untuk hilangnya kesehatan?
Berapa banyakkah uang yang sesuai sebagai pengganti kehidupan yang hampa dari kasih sayang?
Berapa tinggikah kedudukan yang pantas dicapai, dengan mengecewakan penghormatan manusia dan Tuhan kepada kita?
Berapa besarkah pengaruh yang bisa kita beli dengan menjadikan diri ini pemimpin yang meng-orkestra-kan ketidak-jujuran?
...........
Maka,
Marilah kita menggunakan kekuatan yang selama ini mentenagai keluhan dan keraguan kita, sebagai tenaga untuk memberdayakan keimanan kita.
Tuhan memang menetapkan rezeki; tidak pada jumlahnya, tetapi pada caranya.
Ya, bukan jumlahnya yang dibatasi, tetapi jumlah pada setiap cara.
Upaya yang baik – bukan hanya menjanjikan rezeki, tetapi sudah menjadi rezeki. Karena, diijinkan berada dalam upaya baik adalah sudah rezeki.
Di dalam jalan-jalan yang membahagiakan Tuhan, membuncah rezeki bagi kita dari Tuhan Yang Maha Kaya dan Maha Pemurah.
Maka marilah kita berjalan di jalan-jalan kebaikan.
Marilah kita ikhlaskan diri untuk memperbaiki cara yang kita gunakan sebagai jalur mengalirnya rezeki dari langit.
Kita tidak mungkin mencapai kedamaian yang kita butuhkan untuk hidup sejahtera dan berbahagia, jika kita:
Berkeras kepala melakukan hal-hal yang sama dengan cara-cara yang sama, tetapi mengharapkan hasil yang berbeda.
Jika yang Anda harapkan itu baru, maka perbaruilah yang Anda lakukan, atau perbaruilah cara-cara Anda dalam melakukan yang selama ini Anda lakukan.
Sadarilah, bahwa ...
Keluhan kita mengenai terbatasnya rezeki, adalah pemberitahuan untuk memperbarui cara yang kita gunakan untuk mengunduh rezeki.
Selalu ingatlah, ... bukan jumlahnya, tetapi caranya.
Karena, ... caranya-lah yang menentukan jumlahnya.
...........
AKHIR DARI BAGIAN PERTAMA
No comments:
Post a Comment